12/12/2008

SOEKARNO


Ir. Soekarno1 (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – wafat di Jakarta, 

21 Juni 1970 dalam umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang 

menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk 

memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali 

Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan 

Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Ia menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial 

itu, yang konon, antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal 

Soeharto untuk mengamankan dan menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar 

tersebut disalahgunakan oleh Letnan Jenderal Soeharto untuk merongrong 

kewibawaannya dengan jalan menuduhnya ikut mendalangi Gerakan 30 September. 

Tuduhan itu menyebabkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang 

anggotanya telah diganti dengan orang yang pro Soeharto, mengalihkan 

kepresidenan kepada Soeharto.Latar belakang dan pendidikan

Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden 

Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu 

Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali [1].

Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. 

Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said 

Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke 

Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat 

Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin 

Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno 

kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School 

(sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, 

Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang 

saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Keluarga Soekarno
Istri Soekarno
Oetari
Inggit Garnasih
Fatmawati
Hartini
Ratna Sari Dewi Soekarno (nama asli: Naoko Nemoto)
Haryati
Putra-putri Soekarno
Guruh Soekarnoputra
Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2001-2004
Guntur Soekarnoputra
Rachmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri
Taufan dan Bayu (dari istri Hartini)
Kartika Sari Dewi Soekarno (dari istri Ratna Sari Dewi Soekarno)

Masa pergerakan nasional

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. 

Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan 

pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda 

pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia 

Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), 

yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan 

Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan 

oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat 

dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad 

Hassan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.

Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Masa penjajahan Jepang
 
Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak 

memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" 

keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya 

Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.

Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus 

memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan 

lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk 

menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti 

Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh 

seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain lainnya 

disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional 

bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan 

Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan 

Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang 

berbahaya.
 
Soekarno diantara Pemimpin Dunia.JPG

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks 

proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama 

dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan 

sendiri.

Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah 

merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia 

termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk 

menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh 

Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang 

dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang 

kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan 

Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu 

berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang 

sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, 

pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian 

menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat 

Indonesia sendiri.

Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat 

Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam 

kasus romusha.

Masa Perang Revolusi
 
Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang 

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik 

Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari 

delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia 

Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan 

Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan 

Pancasila dan UUD 1945.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa 

Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta 

dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air 

Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, 

Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta 

segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia 

terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan 

pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak 

dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang 

berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik 

Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan 

tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan tanggal 

turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al 

Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat 

oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada 

tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden 

dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat 

menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 

rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata 

lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip 

Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto 

setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga 

berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang 

dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) 

meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir 

Jendral A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya 

memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti 

wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku 

kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama 

revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi 

semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara 

dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu 

terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah 

bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik 

Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan 

Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa 

Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden 

Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara 

ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia 

(PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia 

internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta 

adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat 

menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

Masa kemerdekaan
 
Soekarno dan Joseph Broz Tito

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai 

Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik 

Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri 

RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang 

kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh 

rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 

Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden 

Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan 

Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan 

Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya 

kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan 

rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh 

bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet semumur jagung" membuat 

Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya 

sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan 

menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh 

bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di 

kalangan Angkatan Udara.
 
Soekarno dan John F Kennedy

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia 

Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum 

merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan 

presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan 

Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung 

dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom 

waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan 

imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya 

perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia 

internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama 

Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad 

Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia 

mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat 

jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. 

Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan 

sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih 

dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak 

penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat 

atau mengenal akan Indonesia.
 
Soekarno dan Jawaharlal Nehru

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia 

internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu 

dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni 

Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao 

Tse Tung (RRC).

Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia "bercerai" dengan Wakil 

Presiden Moh. Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari 

kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan 

separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya, 

pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya tidak dapat 

"memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Sakit hingga meninggal Bagian ini membutuhkan pengembangan


Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, 

setelah mengalami pengucilan oleh penggantinya Soeharto. Jenazahnya 

dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, 

karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan wisatawan dari 

seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno.

Peninggalan Bagian ini membutuhkan pengembangan


Pada tanggal 19 Juni 2008, Pemerintah Kuba menerbitkan perangko yang 

bergambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.[2] Penerbitan itu 

bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan "kunjungan 

Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba".

Penamaan

Nama lengkap Soekarno ketika lahir adalah Kusno Sosrodihardjo.[3] Ketika 

masih kecil, karena sering sakit-sakitan, menurut kebiasaan orang 

Jawa[rujukan?]; oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Soekarno[rujukan?]. 

Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti 

olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan 

ejaan penjajah (Belanda)[rujukan?]. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam 

tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang 

tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh 

diubah[rujukan?].

Sebutan akrab untuk Ir. Soekarno adalah Bung Karno.

Achmed Soekarno

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed 

Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke 

Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil 

Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di 

Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama 

keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan 

nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia 

bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol.

Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah 

haji.[4]

Dan dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama 

Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang 

melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan 

negara Indonesia oleh negara-negara Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ekspresi merupakan estetika terindah setelah keindahan estetik TUHAN. karenanya ekspresikan setiap apayang kau lihat, dengar, ucap dan rasa agar kau merasakan kehadiran TUHAN